Web Hosting
TRANSLATE
English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Rabu, 21 Januari 2015

BlackBerry kini berjuang mati-matian agar bertahan

Bicara soal ponsel pintar, BlackBerry termasuk pionirnya. Produsen ponsel yang berbasis di Kanada ini baru saja merayakan ulang tahun ke-16 pada 19 Januari kemarin. Sayangnya nuansa ultah keenambelas ini tak semanis seperti masa-masa sewindu pertama. Kini ultah BlackBerry diwarnai dengan catatan negatif kinerja perusahaan, yang kian merosot. Berdasarkan angka riset IDC, tercatat pangsa pasar BlackBerry per semester pertama 2014, tinggal 3 persen saja, dengan penjualan 305.585 perangkat. Angka itu merosot tajam dalam tiga tahun terakhir, yang mana pangsa pasar pernah mencapai puncak 43 persen dengan menjual 2,5 juta perangkat. Sementara data kuartal ketiga 2014, menunjukkan pangsa pasar BlackBerry makin merosot.

Data IDC mengungkap pangsa ponsel BlackBerry seluruh dunia tak sampai menyentuh LG Electronics (5 persen), Lenovo (5,1 persen), pendatang baru Xiaomi (5,2 persen) dan makin ditinggalkan oleh Apple (11,7 persen) dan raja Android Samsung (23,7 persen). Bila menilik sepak terjang masa keemasannya, BlackBerry sejatinya sempat melenggang di pasar ponsel, di awal-awal debutnya. Dalam sewindu pertama debutnya, perusahaan yang dulu bernama Research In Motion (RIM) itu sempat mencicipi masa kejayaan pasar ponsel di dunia. Produk BlackBerry melesat di pasar. Namun masa puncak itu hanya sampai 2007. Masa kejayaan BlackBerry tak bertahan lama. Pada tahun ini, muncul kompetitornya, Apple yang memperkenalkan iPhone, ponsel pintar dengan teknologi layar sentuh. Awalnya, BlackBerry merasa iPhone tak menjadi ancaman. Tapi belakangan inovasi iPhone mulai mendapatkan respons bagus di pasar. Layar sentuh cukup menjadi pengalaman baru bagi pengguna. Perlahan iPhone mulai populer. Melihat denyut iPhone mulai kian besar, BlackBerry merespons dengan rilis produk andalan, BlackBeryy Bold 9000. Namun ponsel ini hadir tanpa layar sentuh, masih mengandalkan Qwerty fisik. Selanjutnya, BlackBerry meluncurkan seri Storm 9530 yang untuk pertama kalinya memperkenalkan pengalaman Qwerty dalam layar sentuh. Memperkenalkan sabak digital, BlackBerry PlayBook pada September 2010 dan merilis seri Bold 9900, yang menggabungkan versi original Bold 9000 dengan layar sentuh. Namun, sayangnya langkah ini sudah terlambat. Sistem operasi iOS milik Apple dan Andorid milik Google bahkan sudah makin meroket. BlackBerry pun sempat kelabakan, sampai akhirnya menyadari kecolongan pada pasar sistem operasi. Perusahaan pun akhirnya merilis sistem operasi berbasis QNX yang kemudian menggantikan sistem operasi lama BlackBerry 7.

Sistem operasi QNX ini kemudian dijuluki BlackBerry 10. Harapan baru perangkat berbasis sistem operasi BlackBerry 10 nyatanya belum menolong perusahaan dari jurang keterpurukan. Justru usai meluncurkan sistem operasi baru itu, perangkat berbasis sistem operasi BlackBerry 7 masih didominasi penjualan. Cermin Pasar Indonesia Membaliknya ponsel BlackBerry bisa dilihat di pasar, khususnya di Indonesia. Pasar negara berkembang ini sudah meninggalkan BlackBerry. Padahal saat masa kejayaan BlackBerry, Indonesia sempat disematkan sebagai BlackBerry Nation. Kini Kondisi berbalik 180 derajat. Sinyal BlackBerry mulai tak laku disampaikan salah satu penjaga penjual ponsel di Jakarta, Steven Chandra. Ia mengaku dalam beberapa tahun lalu 90 persen ponsel yang ia jual merupakan brand BlackBerry, namun kini untuk menjual satu ponsel BlackBerry saja sangat susah. "Sekarang saya hampir tak bisa menjual (ponsel BlackBerry)," ungkap Chandra, kepada The Globe and Mail yang dikutip Phone Arena, awal November tahun lalu. Merosotnya pangsa pasar BlackBerry juga menjadi perhatian mantan Country Head BlackBerry Indonesia, Andy Cobham. Ia justru menyalahkan manajemen pusat BlackBerry atas kampanye yang dilakukan untuk mengembangkan pertumbuhan brand. Cobham menunjuk langkah promo BlackBerry Bold 9790 atau Bellagio, pada akhir 2011 lalu, yang didiskon 50 persen, bagi seribu pembeli pertama. Promo itu, menurutnya, merupakan salah satu langkah salah BlackBerry. Kantor BlackBerry Indonesia, menurutnya, sempat meyakinkan kantor pusat BlackBerry untuk membatalkan cara promosi itu. Alasannya, metode ini bisa berpotensi menjadi kerusuhan. Dan memang kenyataannya, promosi yang digelar di depan pintu Pasific Place, Hotel Ritz Carlton, Jakarta itu membeludak dan akhirnya kerusuhan pecah. Banyak pengantre yang terluka. Selain itu, BlackBerry dianggap tak memiliki kemauan baik atas pasar pasar Indonesia. Hal ini terjadi saat mantan CEO BlackBerry, Thorsten Heins, menyatakan fokus perusahaan akan meninggalkan pasar konsumen dan beralih ke bisnis enterprise. Fokus pasar ini kurang cocok dengan Indonesia yang di mana mayoritas merupakan konsumen individu. "BlackBerry merupakan produk kelas dunia, sayangnya Waterloo (kantor pusat BlackBerry) salah urus. Mereka bukan pemain global, hanya kota yang kecil," kritik Andy Cobham. Masih Merugi Setelah benar-benar tak kalah dalam pasar ponsel pintar, BlackBerry berganti nahkoda ke John Chen pada November 2013. Pada komando Chen, perusahaan mulai fokus pada pada segmen korporasi dan keamanan. BlackBerry mencoba keberuntungan dengan menjual berbagai perangkat lain, mulai dari perangkat lunak untuk keamanan mobile, perangkat yang membantu layanan kesehatan, pemerintah dan profesional serta sektor keuangan Tapi berbagai aset perusahaan ini telanjur berkurang. Akibat penurunan performa itu, beberapa aset perusahaan dijual, menurunkan biaya produksi, dan memperluas aplikasi andalannya. Tak cukup di situ saja, guna mendapatkan stimulus dana, BlackBerry terpaksa juga menjual aset real estate di sekitar markas perusahaan di Waterloo, Ontario Kanada. Pada November 2014, Chen mengklaim perusahaan telah melewati masa genting. Perusahaan mulai tak kehilangan uang dan bisa fokus untuk mendapatkan laba perusahaan. "BlackBerry telah bertahan dan sekarang kami harus mulai melihat pertumbuhan," kata eksekutif asal Hong Kong itu. Untuk memacu pertumbukan kembali, BlackBerry meluncurkan platfrom manajemen perangkat mobile terbaru, BlackBerry Entreprise Service (BES) 12. Sistem operasi ini memungkinkan perusahaan dan intansi pemerintah mengelola dan mengamankan perangkat BlackBerry di jaringan internal mereka. Selain itu, layanan itu juga mampu mengelola perangkat yang berjalan dengan menggunakan sistem operasi Android, Windows maupun iOS. Kemudian dari sisi perangkat, BlackBerry di bawah nahkoda Chen meluncurkan lini produk yang segar dan berbeda dari sebelumnya. Sepanjang 2014, BlackBerry telah meluncurkan BlackBerry Z3 yang semuanya layar sentuh, diikuti BlackBerry Passport, ponsel kotak layar besar qwerty dan layar sentuh khusus untuk kalangan bisnis. BlackBerry juga bakal merilis seri Classic, yang memiliki desain seperti seri BlackBerry Bold. Tapi sayangnya, upaya untuk bangkit di pasar ponsel pintar terganggu dengan kerugian setiap tahun. Bahkan menutup tahun 2014, BlackBerry masih menanggung rugi US$148 juta atau Rp1,8 triliun. Kerugian itu menambah rekor buruk tahun sebelumnya. Pada 2013, BlackBerry merugi hingga US$4,4 miliar atau Rp54,6 triliun. Kerugian pada 2013 disebutkan akibat gagalnya ekspansi perangkat mereka ke pasar. Tak menunjukkan gejala yang membaik pada 2014, kemudian menarik perhatian spekulasi penjualan BlackBerry. Pekan lalu, kantor berita Reuters melaporkan Samsung tertarik membeli BlackBerry dan telah menyiapkan mahar US$7,5 miliar. Samsung berambisi membeli BlackBerry karena ingin kompetitif dengan Apple. Samsung ingin mendapatkan paten BlackBerry yang bernilai guna melawan Apple dalam kompetisi korporasi. Laporan itu menyebutkan, Samsung mengajukan kisaran harga awal US$13,35 sampai US$15,49 per lembar saham. Nilai tawaran itu langsung menaikkan harga perdagangan BlackBerry sebesar 38 hingga 60 persen. Namun kabar itu buru-buru dibantah oleh Samsung maupun BlackBerry. "Laporan media tentang akuisisi itu tak berdasar," ujar juru bicara Samsung Kamis, 15 Januari 2015. Sementara, dalam keterangnnya BlackBerry juga membantah rumor akuisisi itu. "BlackBerry belum terlibat dalam diskusi dengan Samsung sehubungan dengan tawaran yang mungkin untuk membeli BlackBerry. Kebijakan BlackBerry adalah tidak mengomentasi rumor atau spekulasi dan untuk itu kami tak mau berkomentar lebih lanjut," jelas Blackberry dalam pernyataan resminya dilansir Business Insider. Menyusul pengumuman bantahan itu, saham Blackberry kembali merosot. Saham perusahaan Kanada itu anjlok 16 persen dalam beberapa jam perdagangan. Meski terus merugi, BlackBerry tetap tak ingin ketinggalan tren. Saat perhelatan Consumer Electronics Show (CES) 2015, BlackBerry menyiapkan platform khusus untuk mendukung Internet of Things (IoT). Layanan BBM dikabarkan bakal segera dihadirkan pada perangkat sandangan (wearable) Mengutip Digital Trend, sistem operasi bernama QNX itu akan disematkan di semua perangkat, agar bisa saling terhubung, juga bisa terkoneksi dengan internet. Sejatinya, platform ini disiapkan BlackBerry sejak 2010, dan dimunculkan kembali khusus untuk dibenamkan di perangkat sehari-hari, mulai dari oven, kulkas, sampai coffemaker. Pesan Optimisme Merasa makin terpojok, BlackBerry merasa perlu menyampaikan pesan optimismenya, terutama untuk pertumbuhan di pasar Indonesia. Melalui juru bicara BlackBerry, Matt Steward, perusahaan menegaskan bakal berupaya untuk membangkitkan pasar di Indonesia, melalui penetrasi BlackBerry Z3, BlackBerry Messager (BBM). Aplikasi itu kini sudah terbuka ke multiplatform mobile. BlackBerry mengaku dalam setahun terakhir ini, pengguna BBM meningkat jadi 150 persen. Produsen asal Kanada itu juga berharap pada perluasan layanan BBM yaitu BBM Money, untuk keperluan transaksi melalui perangkat mobile. Jubir BlackBerry mengatakan perusahaan bakal menjangkau konsumen di Indonesia, dengan sasaran profesional mobile. "Indonesia telah menjadi salah satu pasar konsumen terkuat BlackBerry. Tapi kami sangat yakin konsumen saat ini akan profesional mobile. BlackBerry akan terus menjadi pemain nomor satu untuk konsumen," tegas jubir tersebut

source : VIVA news

0 komentar:

Posting Komentar